Senin, 01 Desember 2008

PROFIL PADANG UNTO CLUB (PUC)

HOBIES
RAUN-RAUN NAIK SEPEDA ANTIK
PROFIL PADANG UNTO CLUB (PUC)

Bersepeda merupakan salah satu kebiasaan yang telah mulai dilupakan dan ditinggalkan. Mungkin karena bersepeda dinilai kuno dan melelahkan. Tapi walau telah mendapat penilaian sebagai alat transportasi yang ketinggalan zaman, ternyata di kota Padang ada kelompok pencinta kebiasaan bersepeda (mendayung pedal) ini yang dilakukan oleh para pemuda yang umumnya terdiri dari mahasiswa dan beberapa anggota dari kelompok umum. Komunitas pencinta sepeda terutama kelompok sepeda antik (unto) tersebut menakan diri dengan Padang Unto Club (PUC).
Padang Unto Club merupakan metamorfosis dari Padang Sadel Club (PSC) yang telah berdiri sejak akhir tahun 2006. Dengan kesepekatan dari anggota dan atas dasar keinginan mempopulerkan lagi sepeda unto (dalam bahasa minang) maka di gantilah nama PSC menjadi PUC yang membubuhkan kata-kata unto dalam namanya. PUC memilki struktur kepengurusan yaitu: Eri Mak Dang (MD) selaku ketua yang digelari dengan datuak unto, Kaler sebagai bendahara, dan untuk bagian promosi kemasyarakat (humas) dipilih Buya seni rupa, dan beberapa koordinator lainnya.
Keberadaan komunitas sepeda antik ini sebenarnya sudah menyebar di berbagai kota di Indonesia. Selain menjaga warisan budaya, sepeda antik juga telah menjadi trend dan gaya hidup beberapa komunitas besar di pulau Jawa. Bahkan dalam skala nasional pencinta sepeda antik juga memiliki jaringan dengan berbagai situs-situs di internet yang dapat di cigok.
Keanggotaan PUC sekarang didominasi oleh mahasiswa UNP, walau dalam azas kelompok ini sebenarnya tidak membatasi keanggotaan dari kalangan manapun. “Sekarang anggota PUC sudah mencapai 24 orang dengan 24 sepeda unto” cetus Eri MD ketua PUC. Dari saudara Jhon di sekretariat PUC juga didapat informasi bahwa “PUC masih tetap membuka diri bagi pendaftaran anggota baru, caranya mudah cukup dengan : memiliki sepeda antik, memiliki kecintaan terhadap peninggalan barang kuno tersebut dan memiliki waktu luang untuk bersama-sama anggota lain melakukan kegiatan raun-raun naik sepeda antik minimal sekali dalam seminggu”.
Berdirinya PUC didasari oleh kesamaan pandangan anggotanya bahwa dengan bersepeda walau memiliki kelemahan dari alat transportasi yang lebih maju, tapi sepeda tetap memiliki beberapa aspek positif yang tampaknya perlu dicermati:
1. Khusus untuk sepeda lawas/ sepeda kumbang/ sepeda unto/ sepeda ontel sebagai sebuah alat transportasi bersejarah, maka perlulah kita untuk terus memelihara dan melestarikanya. Karena bila tak kita jaga dari sekarang maka besar kemungkinan 20 atau 30 tahun yang akan datang anak, cucu kita tak tau dengan sepeda lawas/ sepeda kumbang/ sepeda unto/ sepeda ontel. Bahkan sekarangpun jumlah sepeda jenis ini telah jauh berkurang dan sulit ditemukan. Sehingga perlu di jaga dan dilestarikan.
2. Bersepeda merupakan kebiasaan baik dan bermanfaat untuk kesehatan. Untuk bagian ini tentunya kita semua paham bahwa bersepeda bisa mengoptimalkan kerja jantung, system pernafasan dan berkembangan otot-otot yang bekerja saat kita mengendarainya.
3. Kebiasaan bersepeda akan menghemat energi (BBM) dan tidak menimbulkan polusi udara. Melihat dampak positif bersepeda dalam menghemat energi mungkin terdengar sangat muluk-muluk tapi bila hal ini dilihat dengan pengkajian secara matematis bisa dibandingkan bila seorang pengguna motor menghabiskan 1 liter bensin tiap harinya, maka 1 tahun ia menghabiskan 360 liter bensin. Tapi bila ia menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, berekreasi di hari Sabtu dan Minggu (2 hari saja) maka ia akan mengurangi penggunaan bensin sebanyak 96 liter/tahun. Itu baru dilakukan oleh 1 orang, bayangkan kalau 100 orang, 1000 orang. Tentunya bisa kita nilai bahwa dengan bersepeda kita telah melakukan usaha menghemat energi. Apalagi melihat negeri ini yang tengah menghadapi krisis energi bahkan sampai mengimport minyak dari luar negeri. Dalam pengoperasiannya, sepeda tidak menyebabkan polusi udara, karena ia hanya menggunakan tenaga pengemudinya sehingga sepeda adalah alat transportasi bebas polusi.
4. Secara ekonomis, penggunaan sepeda sebagai alat transportasi juga menghemat uang si pemilik dan penggunanya. Sehingga uang itu pun bisa digunakan untuk keperluan lain. Bahkan dengan bersepeda dapat dipastikan kita akan lebih menghemat pengeluaran dibanding membeli BBM atau untuk ongkos angkot dan ojek.
Padang Unto Club mendeklarasikan bahwa “ Kami tidak memperjualbelikan sepeda antik, tapi kami hanya melestarikannya dari kepunahan”. Untuk kegiatan rutin yang biasa dilakukan, walau terkadang tak dikuti oleh seluruh anggota (rata-rata 10-13 sepeda) tiap malam minggu PUC selalu meramaikan jalan utama kota Padang. Konvoi yang dilakukan ini dinilai unik dan menggelitik bagi setiap masyarakat yang melihat. Rute yang biasa ditempuh adalah: Jalan Hamka, Ulak Karang, Jalan Veteran, Pantai Padang, Jembatan Siti Nurbaya. Terkadang rute ini dapat berubah dan diatur waktu keberangkatan dari sekretariat. Setiap sabtu sore (malam Minggu) sehabis magrib jam 19.00 wib anggota PUC akan meramaikan kota Padang dengan bunyi kriiing-kriiing dan detikan-detikan posneling sepeda unto.
Bila ingin tahu banyak tentang kepengurusan dan keanggotaan PUC dapat langsung datang ke sekretariat PUC: Simpang Parkit, Galeri As Salam, Air Tawar Barat, Padang (E-mail Padanguntoclub@yahoo.com). Bila ada yang tertarik untuk menjadi anggota komunitas ini dapat menghubungi Eri MD: 081363766644, Jhon :081374055161, Ir : 081374054781. Salam pencinta sepeda antik.. Merdeka !!!!!!.
Oleh : Irwan Setiawan. (anggota Padang Unto Club).




Ngak kalah gaul: Anggota Padang Unto Club (PUC) ngak kalah gaul dari kumunitas-komunitas (Club-club) pencinta otomotif yang ada di kota Padang

Tidak ada komentar: